Kalimat demi kalimat yang tertuang dalam bentuk tulisan yang merupakan hasil buah pikiran seseorang seringkali tampak indah dan memukau bagi jiwa, dan seringkali pula tulisan itu begitu men-gersangkan jiwa.
Tak hanya itu pun banyak kalimat yang tanpa makna yang berserakan tak seharusnya layak dibaca. Pada dasarnya, tulisan yang pola komunikasi non-verbal itu adalah re-presentasi dari kecerdasan komunikasi dan olah bahasa seseorang, lebih dari itu ruhiyah seseorang bisa dirasakan dari tingkat kualitas tulisannya dalam hal menyentuh jiwa pembaca.
Yang menjadi sorotan utama kita adalah mereka yang menamai mereka seorang aktivis .
Mereka begitu fasihnya membuat tulisan-tulisan usang yang tak sama sekali mendidik, juga tak sama sekali memberikan pesan moriil apalagi pesan dakwah di dalamnya, ditambah lagi dengan bangga si aktivis ( katanya) ini men-posting tulisan usang itu di jejaring sosial . Entah apalah gunanya, entah apalah tujuannya.
Aktivis harusnya mampu memberikan pencerahan-pencerahan, jikapun tidak terlalu fasih melalui lisannya, maka melalui tulisannya yang penuh ghirah dakwah dan ruh... Juga akan mampu menembus ribuan kepala yang membacanya.
Ksia-siaan kadang kita lakukan, sosial media yang seharusnya kita bisa manfaatkan untuk menyebarluaskan pesan gembira dari Muhammad SAW malah melalaikan sang aktifis dengan bercurhat ria , posting sana posting sini dengan tulisan yang tak layak disebut sebagai karya.
Ayolah..... Yang mengaku dirinya aktvis ! Menulis adalah wujud keseriusan orang berilmu . Maka kebaikan dalam diri itu... Harus disampaikan kepada khalayak ramai ... Jika suara tak lagi kuat untuk berteriak , cukuplah pena sebagai pengganti TOA , dan mata sebagai pengganti telinga .
Mari manfaatkan sosial media untuk menyampaikan pesan-pesan dan nasihat-nasihat untuk ummat , bukan sebagai tempat curhat , apalagi bergalau ria mengadu dan berdo’a. *ehh
Wallahu’alam :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar