Senin, 10 Agustus 2015

Halal Haram bioskop XXI

  Merupakan sebuah keperluan manusia, untuk memicingkan mata kepada sesuatu yang baru, yang mubah, yang itu akan me-refresh kembali kesemutan-kesemutan di benaknya yang merupakan beban baginya. Keperluannya atas sesuatu yang bisa meringankan beban itu atau menghilangkannya sementara.
  Ialah hiburan, satu kata yang menjadi re-fresentasi dari ntaian kalimat tersebut. Penjabaran dari kata hiburan ini secara kegiatan terjadi atas di berbagai macam situasi. Dan manusia seringkali tabu dan berbeda atas hiburan favoritnya, hiburan yang mampu meringankan beban hidupnya, merefresh berbagai kemelut yang bersatu di dalam benaknya.
  Movie adalah cabang dari berbagai macam hiburan tersebut.
  Terlepas dari pembahasan detailnya, menyaksikan atraksi atau seni peran itu bukanlah sesuatu yang terlarang. Dan jiwa manusia banyak menyukainya sebagai hiburan baginya . Tidak sedikit dari berbagai Film yang merupakan karya nak bangsa, pendekar pena yang berjuang karena Tuhan-nya menuangkan ide, buah pikiran dan pesan-pesan bermuatan moriil nya melalui Buku. Buku yang mayoritas fiktif ini disebut Novel.
  Novel yang tersusun atas kalimat-kalimat Tuhan yang diterjemahkan ke bahasa penulis ini banyak juga yang menjadi optional hiburan anak manusia .
  Nah, Movie itu banyak juga yang disadur ceritanya dari Novel yang bernuansa religius ini.
  Lalu beruntunglah, manusia yang sebelumnya hanya berniat untuk hiburan , kini ia bisa memetik pelajaran berharga dari movie-movie yang ia saksikan. Sang sutradara film berkarya., juga berdakwah . Jadi sang sutradara dan sang penikmat film sama-sama ber-ibadah . Sang sutradara ber-ibadah karena amal karyanya telah menyampaikan ilmunya melalui movie tersebut dan penontonnya beribadah karena dengan menonton movie karya sang sutradara secara tidak langsung ia sedang belajar dan belajar itu adalah ibadah.
  Konten yang menjadi muatan utama , tentu saat konten yang disaksikan oleh mata secara sengaja dan berulang itu haram maka semua proses yang ada didalamnya akan ikut haram. Pembahasan kita sebelumnya terbebas dari pembahasan konten yang bernuansa negatif.
  Layaknya didalam bus kota atau Trans jakarta, begitulah susunan penumpangnya begitu pula para penonton yang berjejer rapi di dalam bioskop. Jarak antar penonton ke depan dan belakang terhitung satu meter antar penonton dan jarak ke kiri dan kanannya sekitar 7 cm antar kursi . Lebih jauh jaraknya dari kursi transjakarta atau bus-bus angkutan pariwisata. Lalu apalah yang membedakan keduanya. Jika dihubungkan kepada pembahasan kita diawal. Maka tujuan kita untuk menghibur diri juga sekaligus memperkaya wawasan dan hazanah islami melalui film juga merupakan perbuatan mulia .
  Lalu , banyak yang menjustfikasi menonton di bioskop itu haram. Tolak ukurnya harus jelas , dan alasan juga rujukan kenapa kata haram itu muncul juga harus tepat. Jika haram karena ikhtilat , maka sekarang para siswa dan mahasiswa belajar diruang kelasnya juga ikhtilat karena bercampur baur , dan para penumpang metromini juga dikategorikan ikhtilat.
  Maka sesuatu yang indah itu akan indah saat kita memulainya denga bismillah dan mengakhirinya dengan Alhamdulillah. smile emotikon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar